Fatalisme Dan Nasib Perempuan

 

Fatalisme Dan Nasib Perempuan

Pengantar

السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة 

Perkenalkan, saya, ustadzah Ipah Jahrotunasipah,  guru Bahasa Arab pada MAN 2 Majalengka Jawa Barat Indonesia. Mendapatvtugas tambahan mengajar Sejarah Kebudayaan Islam.

Pada semester kedua ini, materi ajar ski, salah satunya adalah tentang kemunduran umat islam. Disebutkan, salah satu sebab kemunduran umat islam sepanjang abad ke-13 sampai dengan abad ke-19 adalah berkembangnya faham fatalisme dan rendahnya semangat keilmuan.

Menjauhnya umat islam dari lapangan ilmu pengetahuan, terutama yang bersifat saintis inilah yang dianggap telah menjadikan masyarakat muslim kian terbelakang, tidak berdaya, bahkan menjadi sasaran imperialisme eropa.

Lalu, sebagai guru, saya melempar pertanyaan,  apa itu fatalisme. Mari kita lihat deskripsinya di bawah ini:

A. Arti Kata

1. Arti Fatalisme

    Fatalisme berasal dari kata dasar fatal, adalah sebuah sikap seseorang dalam menghadapi permasalahan atau hidup, dimana seseorang tersebut dianggap sangat putus asa dalam segala hal, sehingga seseorang tersebut merasa sudah dikuasai oleh nasib dan tidak bisa mengubahnya. (//dictio.id).

   Dalam bahasa yang sama, sebuah jurnal mengulas: Fatalisme dari kata dasar fatal, adalah sebuah sikap seseorang dalam menghadapi permasalahan atau hidup. Apabila paham seseorang dianggap sangat pasrah dalam segala hal, maka inilah disebut fatalisme. Dalam paham fatalisme, seseorang sudah dikuasai oleh nasib dan tidak bisa merubahnya. (//journal,upgris.ac.id

2. Arti Nasib

Pada laman Jagokata.com dengan link: https://jagokata.com/arti-kata/nasib.html, diterangkan arti kata nasib sebagai berikut:

Menurut KBBI,, nasib adalah sesuatu yangvsudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang.

Beberapa penggunaan kata nasib dalam kalimaz:

"Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi ta dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa." (Sujiwo Tejo)

"Menolak pemenuhan hak asasi manusia berarti menantang kemanusiaan itu sendiri. Membuat seseorang berada dalam penderitaan dengan kelaparan dan hidup yang penuh kekurangan (kemiskinan) berarti tidak memanusiakan mereka. Namun, hal-hal tersebut merupakan nasib buruk yang menimpa semua orang kulit hitam di negara kita di bawah sistem apartheid." (Nelson Mandella)

"Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan." (Tere Liye)

"Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan bekerjalah yang membuat kita berharga." (Gus Dur)

Jadi, arti nasib itu amat berdekatan dengan sikap fatalisme. Memahami sesuatu sebagai nasib, maka disitulah seseorang tengah berpahamkan atau berlerspektif fatalisme.

Dan jika seseorang senantiasa mengedepankan sikap fatalismenya dalam memahami banyak hal, maka seseorang tersebut telah menjadi seorang fatalis.

B. Analisis kaaus

Nah, kembali ke judul, fatalisme dan nasib perempuan, secara tidak langsung, penulis sendiri seolah berperspektif fatalisme dalam melihat keadaan perempuan..

Ya benar. Karena, hingga hari ini, meski sudah banyak sumber-sumber infornasi yang men-share ide-ide mesetaraan gender, nampaknya tidak mudah untuk serta merta menyeret perempuan dari keadaan beban ganda,  stereptipe, eksploitasi, dan lainnya dari situasi sebagai "the-second-class" atau "the- other".

Dalam keadaan seperti di atas, perempuan dituntut untuk bersikap patuh dengan ketaatan yang penuh tanpa kritik, bahkan sampai-samlai menjadikan suami atau anak laki2 itu manusia setengah dewa, yang ucapannya adalah perintah.

Menjelaskannya di depan para siswa, tampaknya belum paham betul, bener gak sih begitu? 

Untuk itu, saya coba berputar, dengan cara menyajikan contoh kasus. 

Misalnya ya.... seorang perempuan meninggal saat melahirkan. Tentu saja kita akan bilang, "ini sudah takdir, mungkin ini jalannya atau cara dia untuk kembali ke haribaan-Nya. Semoga syahidah." Amiiin.

Terhadap pernyataan tersebut tidak ada yang salah. Benar adanya. Apalagi dipandang dari sudut keyakinan. Kkta kan mengimani rukun iman yang ke-6, yaitu iman kepada qodho dan qadar (=kuasa dan kehendak gusti Allah).

Tapi, coba kalo kita tengok ke data2 di kesehatan. Berapa jumlah ibu melahirkan yang meninggal per tahun, per bulan, bahkan per detik? Berapa jumlah anak balita yang mengalami gizi buruk? Berapa jumlah perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan? Berapa jumlah perempuan yang ditelantarkan oleh suaminya ? Dan.... 





Posting Komentar untuk "Fatalisme Dan Nasib Perempuan"